Membumikan Pendidikan Agama Islam Bukan Urusan Mudah, (Seminar Nasional MPAI UAD – UM Parepare)
YOGYA, KRJOGJA.com – Pendidikan Agama Islam (PAI) mengalami tantangan dalam era disrupsi. Tantangan itu menyampaikan nilai dasar Alquran secara kreatif, inovatif dan mencerahkan. Harus diakui, membumikan nilai-nilai PAI bukan urusan mudah.
Demikian diungkapkan Dr. Abdul Halik, M.Pd.I dalam Seminar Nasional ‘Islamic Living Values Education’ di kampus 2 Univeaitas Ahmad Dahlan (UAD), Jalan Pramuka, Sidikan Umbulharjo, Yogya, Selasa (25/02/2020). Kegiatan tersebut diselenggarakan Magister Pendidikan Agama Islam (MPAI) UAD bekerjasama dengan Universitas Muhammadiyah (UM) Parepare Sulawesi Selatan. Seminar juga menghadirkan Dr. Wantini, M.Pd.I dengan moderator Dr. Jamaludin Prawiranegara, M.Pd.I.
Hadir dan memberi sambutan Dr Suyadi MPdI (Kaprodi MPAI-UAD) dan Prof. Dr. Dwi Sulisworo, M.T (Wakil Direktur Pascasarjana UAD) membuka acara tersebut. Dalam momentum tersebut dilakukan Penandatanganan Memorandum of Understading (MoU) Memorandum of Agreement (MoA) antara MPAI UAD dengan UM Parepare. MoU ditandatangani Direktur Pascasarjana UAD dan Dr Amaluddin MHum (Direktur Pascasarjana UM Parepare).
Menurut Abdul Halik, pendidikan Islam mengalami tantangan. “Tantangan secara makro dan mikro,” ujar dosen UM Parepare. Problem makro itu berupa konspirasi ideologi global, liberalisme, ekstremisme sampai ideologi sempalan. Implementasi teknologi mutakhir berupa rasionalisasi, objektifikasi dan desakralisasi. Permasalahan mikro, lulusan yang memiliki kompetensi, memahami peserta didik dengan bakat dan minat yang dimiliki. Selain itu, materi ajar, relevansi dan jangkauan, media belajar secara mutakhir, strategi/metode pembelajaran yang variatif.
Dari permasalahan itu, Abdul Halik, Pendidikan Agama Islam perlu ada komitmen dari negara, standardisasi pendidikan agama Islam, akomodasi kearifan lokal, partisipasi aktif masyrarakat, kurikulum interdisipliner, multidisipliner dan transdisiplin. “Tak kalah pentingnya kepemipinan dan manajerial transformatif.” ujarnya.
Hal senada dilontarkan Wantini, nilai-nilai PAI itu lebih baik diaplikasikan, daripada sekadar wacana, seperti kerja sama, damai, menghargai, kebersamaan, kesederhanaan, tanggung jawab, kebebasan, kejujuran, toleransi, kebahagiaan, kasih sayang, persatuan dan rendah hati.
Sedangkan Dr. Suyadi, M.Pd.I dalam sambutan antara lain mengatakan, kunjungan akademik bisa membangun kebersamaan kedua lembaga. Selain itu, banyak hal bisa dilakukan seperti joint seminar, joint penelitian.
Sebelumnya, Dwi Sulisworo mengatakan, banyak peluang untuk kerja sama bidang akademik. Seperti membuat jurnal ilmiah secara bersama-sama. “Jurnal ilmiah menjadi pilar perguruan tinggi,” ucapnya.